Cara Menulis Berita di Koran dan Online yang Baik dan Benar
Halo temen Lispedia semua. Kali ini saya ingin menulis tips dan cara menulis berita di koran cetak dan online yang baik dan benar sesuai dengan 5W+1H yang aktual untuk dipublikasikan.
Artikel ini saya tulis karena banyaknya adik-adik mahasiswa yang bertanya, Mas bagaimana sih cara menulis berita yang baik dan benar sesuai dengan 5W+1H, baik di koran cetak maupun online? Apakah ada perbedaan dalam menulis?
Produk berita sebetulnya sama. Yang membedakan hanya platform. Berita di koran cetak biasanya isinya panjang dengan judul yang singkat, antara 4 sampai 6 kata, harus selengkap mungkin.
Kalau berita online, platformnya adalah website. Pangsa pasarnya pun kadang berbeda dari waktu ke waktu. Misalnya, berita di pagi hari berbeda dengan pada malam hari. Malam hari biasanya berisi berita-berita ringan tetapi sangat menarik minat pembaca, seperti hal yang barbau dewasa.
Format berita online pun berbeda dengan koran cetak, karena menyesuaikan situasi dan kondisi. Misalnya berita teror bom di Jakarta. Perusahaan media biasanya saling adu cepat untuk memberitakan, sebelum disebar ke berbagai media sosial.
Sehingga, isi beritanya kadang hanya berisi tiga sampai paragraf berisi penggambaran dengan komentar yang belum lengkap. Ini yang disebut kecepatan. Menurut saya, berita yang paling cepat, dia yang paling banyak pembaca.
Nah, berita lengkap di media online biasanya kalau ada tragedi, dirunning atau ditulis pada berita-berita berikutnya. Pengalaman saya sendiri ketika menulis berita tentang aksi tolak semen di Pati yang memblokade jalur pantura.
Saya cepat-cepat menulis sesuai dengan yang saya lihat di mata. Saya deskripsikan apa yang saya lihat dalam bentuk tulisan. Komentar sedapatnya, saya langsung bergegas mengirim ke email redaksi melalui HP smartphone.
Setelah itu, saya diminta redaktur untuk menulis lagi menjadi berseri-seri. Dalam satu tema berita saja, saya pecah-pecah menjadi 6 judul. Ya, karena tema berita itu sangat bombastis, aktual untuk dipublikasikan dan dibutuhkan pembaca.
Hard News dan Feature
Dalam menulis berita, saya selalu berpedoman pada dua format, yaitu hard news dan feature (soft news). Di kalangan teman-teman wartawan, hard news atau straight news biasanya dipakai untuk membuat berita yang merujuk pada peristiwa, kejadian.
Contohnya, kecelakaan, kebakaran, aksi demonstrasi, ledakan bom, bencana alam, longsor, banjir, dan peristiwa-peristiwa yang akan basi bila ditulis besok-besok.
Kalau feature atau soft news adalah berita inspiratif yang tidak akan basi ditulis dalam kurun waktu sebulan atau enam bulan sekalipun, selama objek yang ditulis masih memiliki kegiatan itu dan tidak meninggal.
Contohnya, menulis tentang kisah pengusaha, perajin miniatur unik, kuliner khas daerah, kemiskinan, dan lain sebagainya. Berita hard news juga bisa ditulis dengan gaya feature, asal kita bisa melihat angle yang bisa dijadikan produk berita.
Syarat wajib menulis berita
Baik berita online maupun koran cetak, harus mencantumkan 5W+1H. Itu sudah menjadi standar dalam penulisan berita yang baik dan benar.
Apa itu 5W+1H? What (apa), Where (dimana), When (kapan), Who (siapa yang terlibat), Why (mengapa / kenapa) dan How (bagaimana itu bisa terjadi).
Tidak usah macem-macem. Cukup berpedoman konsep 5W+1H itu, kamu sudah bisa menulis berita yang baik dan benar yang aktual untuk dipublikasikan.
Contoh:
Kecelakaan antara Bus Indonesia K 7626 UH dan Mobil Toyota Yaris H 8268 YS terjadi di Jalan Pati-Kudus Km 7, Pati, Senin (1/10/2018). Kecelakaan tersebut menyebabkan satu orang tewas dan dua di antaranya dilarikan ke RSUD Soewondo Pati.
Kejadian bermula ketika ....
Dari contoh sederhana di atas, sudah ada what, where, when, who, why, dan how. Itu salah satu contoh berita straight news / hard news di online.
Biasanya, koran cetak menulis tanggal begini: Senin (1/10). Berita online biasanya ditulis lengkap dengan tahun, misalnya: Senin (1/10/2016).
Jadi, kalau kamu sudah lama bekerja sebagai jurnalis di media cetak, jangan salahkan kalau ada wartawan online dengan judul 5 sampai 9 kata. Sebab, judul di berita online sangat menentukan apakah pembaca tertarik membaca atau tidak.
Dengan alasan itu, judul dalam pembuatan berita online sah-sah saja jika agak panjang ketimbang judul dalam berita koran. Masing-masing koran juga memiliki kaidah dan aturan bahasa tersendiri.
Itu sebabnya, bahasa di Kompas agak berbeda dengan Tribun, Suara Merdeka, dll. Segmen masing-masing koran juga berbeda. Sebagai tips, selalu gunakan EYD ya.. bahasa Indonesia yang baik dan benar. Ingat itu.
Kalau terpaksa menggunakan bahasa Inggris, Jawa atau bahasa lokal daerah, garis miring. Sekarang zamannya sudah canggih. Kalau bingung mana yang benar antara praktek atau praktik, apotek atau apotik, izin atau ijin, buka saja kbbi daring online.
Tidak usah terlalu banyak teori. Kenapa? Kenyataannya kerja sebagai jurnalis di lapangan dituntut deadline, kecepatan, termasuk kualitas tulisan. Asal gunakan pedoman 5W+1H, EYD dan bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta konsep apakah hard news atau feature, kamu sudah bisa menghasilkan produk berita. Tetap semangat dan terus berlatih menulis!
Artikel ini saya tulis karena banyaknya adik-adik mahasiswa yang bertanya, Mas bagaimana sih cara menulis berita yang baik dan benar sesuai dengan 5W+1H, baik di koran cetak maupun online? Apakah ada perbedaan dalam menulis?
Produk berita sebetulnya sama. Yang membedakan hanya platform. Berita di koran cetak biasanya isinya panjang dengan judul yang singkat, antara 4 sampai 6 kata, harus selengkap mungkin.
Kalau berita online, platformnya adalah website. Pangsa pasarnya pun kadang berbeda dari waktu ke waktu. Misalnya, berita di pagi hari berbeda dengan pada malam hari. Malam hari biasanya berisi berita-berita ringan tetapi sangat menarik minat pembaca, seperti hal yang barbau dewasa.
Format berita online pun berbeda dengan koran cetak, karena menyesuaikan situasi dan kondisi. Misalnya berita teror bom di Jakarta. Perusahaan media biasanya saling adu cepat untuk memberitakan, sebelum disebar ke berbagai media sosial.
Sehingga, isi beritanya kadang hanya berisi tiga sampai paragraf berisi penggambaran dengan komentar yang belum lengkap. Ini yang disebut kecepatan. Menurut saya, berita yang paling cepat, dia yang paling banyak pembaca.
Nah, berita lengkap di media online biasanya kalau ada tragedi, dirunning atau ditulis pada berita-berita berikutnya. Pengalaman saya sendiri ketika menulis berita tentang aksi tolak semen di Pati yang memblokade jalur pantura.
Saya cepat-cepat menulis sesuai dengan yang saya lihat di mata. Saya deskripsikan apa yang saya lihat dalam bentuk tulisan. Komentar sedapatnya, saya langsung bergegas mengirim ke email redaksi melalui HP smartphone.
Setelah itu, saya diminta redaktur untuk menulis lagi menjadi berseri-seri. Dalam satu tema berita saja, saya pecah-pecah menjadi 6 judul. Ya, karena tema berita itu sangat bombastis, aktual untuk dipublikasikan dan dibutuhkan pembaca.
Hard News dan Feature
Dalam menulis berita, saya selalu berpedoman pada dua format, yaitu hard news dan feature (soft news). Di kalangan teman-teman wartawan, hard news atau straight news biasanya dipakai untuk membuat berita yang merujuk pada peristiwa, kejadian.
Contohnya, kecelakaan, kebakaran, aksi demonstrasi, ledakan bom, bencana alam, longsor, banjir, dan peristiwa-peristiwa yang akan basi bila ditulis besok-besok.
Kalau feature atau soft news adalah berita inspiratif yang tidak akan basi ditulis dalam kurun waktu sebulan atau enam bulan sekalipun, selama objek yang ditulis masih memiliki kegiatan itu dan tidak meninggal.
Contohnya, menulis tentang kisah pengusaha, perajin miniatur unik, kuliner khas daerah, kemiskinan, dan lain sebagainya. Berita hard news juga bisa ditulis dengan gaya feature, asal kita bisa melihat angle yang bisa dijadikan produk berita.
Syarat wajib menulis berita
Baik berita online maupun koran cetak, harus mencantumkan 5W+1H. Itu sudah menjadi standar dalam penulisan berita yang baik dan benar.
Apa itu 5W+1H? What (apa), Where (dimana), When (kapan), Who (siapa yang terlibat), Why (mengapa / kenapa) dan How (bagaimana itu bisa terjadi).
Tidak usah macem-macem. Cukup berpedoman konsep 5W+1H itu, kamu sudah bisa menulis berita yang baik dan benar yang aktual untuk dipublikasikan.
Contoh:
Kecelakaan antara Bus Indonesia K 7626 UH dan Mobil Toyota Yaris H 8268 YS terjadi di Jalan Pati-Kudus Km 7, Pati, Senin (1/10/2018). Kecelakaan tersebut menyebabkan satu orang tewas dan dua di antaranya dilarikan ke RSUD Soewondo Pati.
Kejadian bermula ketika ....
Dari contoh sederhana di atas, sudah ada what, where, when, who, why, dan how. Itu salah satu contoh berita straight news / hard news di online.
Biasanya, koran cetak menulis tanggal begini: Senin (1/10). Berita online biasanya ditulis lengkap dengan tahun, misalnya: Senin (1/10/2016).
Jadi, kalau kamu sudah lama bekerja sebagai jurnalis di media cetak, jangan salahkan kalau ada wartawan online dengan judul 5 sampai 9 kata. Sebab, judul di berita online sangat menentukan apakah pembaca tertarik membaca atau tidak.
Dengan alasan itu, judul dalam pembuatan berita online sah-sah saja jika agak panjang ketimbang judul dalam berita koran. Masing-masing koran juga memiliki kaidah dan aturan bahasa tersendiri.
Itu sebabnya, bahasa di Kompas agak berbeda dengan Tribun, Suara Merdeka, dll. Segmen masing-masing koran juga berbeda. Sebagai tips, selalu gunakan EYD ya.. bahasa Indonesia yang baik dan benar. Ingat itu.
Kalau terpaksa menggunakan bahasa Inggris, Jawa atau bahasa lokal daerah, garis miring. Sekarang zamannya sudah canggih. Kalau bingung mana yang benar antara praktek atau praktik, apotek atau apotik, izin atau ijin, buka saja kbbi daring online.
Tidak usah terlalu banyak teori. Kenapa? Kenyataannya kerja sebagai jurnalis di lapangan dituntut deadline, kecepatan, termasuk kualitas tulisan. Asal gunakan pedoman 5W+1H, EYD dan bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta konsep apakah hard news atau feature, kamu sudah bisa menghasilkan produk berita. Tetap semangat dan terus berlatih menulis!